Showing posts with label Barru. Show all posts
Showing posts with label Barru. Show all posts

February 16, 2022

SEJARAH KERAJAAN TANETE

"Ada beberapa faktor yang tidak bisa tidak ada dalam negeri Tanete dan harus merupakan satu kesatuan dan penuh kekompakan, yaitu Arungnge (raja), inattauwwe (tokoh masyarakat), Tomappangara-wampangnge (pemerintah) dan Taumaega'e (orang banyak)".

Merupakan salah satu pesan Raja Tanete, jika kelimanya berada dalam satu kesatuan visi, maka niscaya negeri lain akan tumbang, kecuali sudah tumbang negeri Tanete. Namun, jika bercerai berai, maka sebaliknya pun akan terjadi.

Kerajaan Tanete adalah salah satu dari sekian banyak kerajaan di Sulawesi Selatan yang pernah ada. Keberadaan Kerajaan Tanet  dengan segala pasang surutnya juga merupakan titik awal pemerintahan yang lahir pada zamannya di Barru.

Buku SEJARAH KERAJAAN TANETE merupakan terjemahan dari buku yang berjudul "Geshiedenis van Tanete" oleh G.H. Nieman, yang diterbitkan di s' Gravenhage Negeri Belanda pada tahun 1883. Buku ini juga ditulis dengan menggunakan kosa kata bahasa Bugis lama (klasik) disertai dengan penjelasannya (aantekeningen) dalam bahasa Belanda lama (klasik).

Selain berisi fakta sejarah, juga menoinjolkan peristiwa-peristiwa yang melukiskan kepatriotisme para Raja Tanete Tempo Doeloe serta falsafah hidup orang Tanete, yang telah diceritakan oleh seorang Raja Tanete (belum jelas pengarangnya) di dalam lontara'nya (surat), yang kemudian dicetak dan dialihbahasakan oleh G.H. Nieman pada tahun 1883. Hal ini ditandai dengan adanya kalimat terakhir dari naskah aslinya "Gangkannami'e Pura Naparilaleng Sure' Karaengnge Ritanete", yang artinya hanya sampai disini saja yang pernah ditulis oleh Raja Tanete". 

Buku ini untuk menyelamatkan kembali naskah-naskah sejarah masa lalu, dan menjadi salah satu koleksi Layanan Deposit, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan yang berlokasi jalan Sultan Alauddin Km. 7 Tala'salapang-Makassar.


SEJARAH KERAJAAN TANETE 
Alih Bahasa: Basrah Gising
Penerbit: Sama Jaya Makassar
Tempat Terbit: Makassar.
Tahun Terbit: 2002




April 12, 2021

IYANAE PAODA ADAENGNGI ATTORIOLONGNGE RI TANETE


Naskah Iyanae Poada Adaengngi Attoriolongnge Ri Tanete adalah salah satu naskah lama (lontarak) yang mengandung nilai kesejarahan, dalam hal ini sejarah lokal terbentuknya Kerajaan Tanete yang sekarang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Bugis dengan aksara lontarak. Naskah ini oleh pemiliknya, dianggap sebuah naskah yang memiliki nilai sakral dan karenanya naskah tersebut tidak boleh diperlakukan sembarangan. Meletakkannya saja harus pada tempat-tempat tertentu yang dianggap suci atau bersih dan tempat-tempat yang dianggap aman.

Untuk membacanya pun harus dilakukan secara normatif, artinya ada aturan-aturan tertentu yang harus dilakukan bila hendak membaca naskah, seperti duduk bersila secara khidmat dalam suasana yang tenang. Naskah ini berisi uraian tentang sejarah kebudayaan Tanete yang dimulai dengan kisah pertemuan To Sangiang dengan Arung Pangi dan Arung Alekale, ceritanya tentang terbentuknya Kerajaan Agganionjong, perang antara Kerajaan Agganionjong dengan Raja Sawito dan Raja Wajo, dan tentang masuknya Agama Islam di Kerajaan Tanete.

Adapun nilai-nilai luhur yang dapat diungkapkan dari lontarak ini diantaranya adalah nilai kasih sayang di antara sesama manusia, nilai persatuan dan kesatuan, nilai kepatriotan, nilai kegotongroyongan, dan berbagai nilai luhur lainnya yang dapat menunjang pembangunan.

Buku IYANAE PAODA ADAENGNGI ATTORIOLONGNGE RI TANETE berisikan transkripsi (Iyanae Poada-Adangengngi Attoriolongnge Ri Tanete) terjemahan (Inilah Sejarah Kebudayaan di Tanete Dahulu Kala); unsur-unsur yang dikandung: Pertemuan To Sangiang dengan Raja (Arung Pangi dan Arung Alekale); Terbentuknya Kerajaan Angganionjong serta beberapa pemukiman baru dalam wilayah itu; Perang dengan Raja Sawitto; Kerajaan Agganionjong menjadi Kerajaan Tanete; Masuknya Islam di Kerajaan Tanete; Hubungan Kerajaan Tanete dengan Kerajaan Bone; Hubungan Tanete-Luwu; serta Pemberontakan melawan Belanda. Buku ini merupakan salah satu koleksi Layanan Deposit, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Selatan yang berlokasi jalan Sultan Alauddin km. 7 Tala'salapang-Makassar.


IYANAE PAODA ADAENGNGI ATTORIOLONGNGE RI TANETE
Penulis: H. Abd. Gaffar Musa, M. Taufik, Agussalim, Musyawir
Penerbit: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara
Tempat Terbit: Jakarta
Tahun Terbit: 1990


April 6, 2020

Sebuah Negeri Bernama BARRU



Buku : Sebuah Negeri Bernama BARRU
Penulis : Andi Hasanuddin Petta Tawang
Editor : Shaifuddin Bahrum
Penerbit : Baruga Nusantara, Makassar, 2015
Jumlah Halaman : vi + 111
ISBN : 978-602-72149-1-0

Tidak banyak catatan sejarah atau dokumentasi budaya tentang daerah Barru, jika dibandingkan  dengan daerah lainnya di Sulawesi Selatan misalnya Bone, Soppeng, dan Gowa. Karena kekurangan inilah sehingga banyak generasi muda Bugis Barru khususnya dan Sulawesi Selatan umumnya, yang tidak begitu mengenal sejarah daerahnya sendiri. Hal inilah yang memicu penulis buku ini mewujudkan ide menulis dan mendokumentasikan catatan sejarah daerah Barru agar dapat dijadian rujukan bagi para peneliti, generasi muda dan masyarakat umum yang ingin mengkaji atau memahami sepenggal sejarah Bugis Barru. Meskipun buku ini hanya buku berukuran kecil, namun diharapkan mampu memberi sumbangan pemikiran dalam memperkaya khasanah budaya dan sejarah Bugis Barru.

Terdiri dari 5 bagian utama, buku ini diawali dengan Pendahuluan yang berisi: Latar belakang daerah Barru, Selayang Pandang kabupaten Barru, sekilas sejarah perkembangan daerah dan pola sosial budaya. Sejarah perkembangan Barru adalah bahwa zaman dulu ada beberapa kerajaan di Barru yaitu : Kerajaan Berru, Kerajaan Tanete, Soppeng Riaja dan Mallusetasi. Terdapat juga beberapa lagi kerajaan yang lebih kecil (bawahan) atau dikenal dengan nama ‘liliq’ yaitu : Kerajaan Siqdo, Kiru-Kiru, Balusu, Tanete Rilau, Tanete Riaja, Lipuqtasiq, Maroanging dan Pujananting.

Bagian ke-2 membahas Asal Usul Kerajaan Bugis secara umum, mulai dari epos Bugis terkenal I La Galigo dan Tomanurung, kemudian ada tentang Arajang dan Kalompoang, serta naskah naskah Lontara yang menjadi sumber sumber informasi. Penulisan buku ini juga banyak memanfaatkan naskah naskah Lontara yang ada. Pada bagian ini juga dijelaskan tentang berbagai macam jenis kisah atau cerita yang tertulis dalam Lontara, misalnya Lontara La Galigo, Datu Musseng, Meong Palo dan Sangiang Serriq, Arung Masala OliqE, Arung Palakka, Rumpaqna Bone dan lain lain.  

Selanjutnya dibahas tentang Kerajaan Barru dan Raja Raja yang pernah memimpin, pada bagian ke-3 dan ke-4. Mulai dari asal usul kerajaan, beberapa kerajaan yang pernah ada di Barru. Juga dibahas tentang mulai dari Raja pertama sampai raja terakhir. Disebutkan dalam buku ini ada 27 raja dan ratu yang pernah berkuasa di kerajaan Barru (Berru), dimulai oleh Raja Pertama adalah putra ManurungngE Ri Jangang-JangangngE La Ware Malluajeng atau disebut juga La Sawero. Yang menarik adalah bahwa raja pertama ini berasal dari kerajaan Luwu. Tidak ada informasi tertulis dalam buku ini tentang tahun berkuasanya raja pertama ini dalam buku ada disebut tahun perkiraannya adalah 1311 – 1336, namun ada juga perkiraan lainya yaitu antara tahun 1416 - 1436. Sementara raja terakhir adalah Andi Mukhtar Sumangerukka Karaeng Mangeppe, yang juga kepala Swapraja terakhir (1950-1952).

Bagian ke-5 atau terakhir tentang catatan penting antara lain : ketika Arung Berru menjadi kandidat Raja Gowa, masa masa militerisme Jepang, konsolidasi menghadapi kemerdekaan Indonesia, kunjungan Presiden Indonesia B. J. Habibie ke Barru dan tentang bagaimana mewarisi semangat pengabdian pada negara. 

Buku ini ditutup dengan daftar pustaka dan riwayat penulisnya.

Cukup menarik untuk dijadikan bahan referensi penulisan sejarah khususnya sejarah Bugis Barru, kerajaan Barru atau sejarah Sulawesi Selatan pada umumnya.

Buku ini koleksi Perpustakaan Khusus Unit Kearsipan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Selatan.